Selasa, 31 Maret 2009

GEREJA PEDULI PEMBANGUNAN PEDESAAN


Sejak awal kehadiran Gereja Katolik di Indonesia sangat memperhatikan kehidupan umat dan masyarakat sekitarnya. Bahkan sampai sekarang, semangat untuk memperhatikan mereka yang miskin dan berkekurangan semakin diwarnai dengan upaya pemberdayaan umat dan masyarakat. Bahwa masyarakat miskin itu berasal dari pedesaan, bahkan kemiskinan di kota pun sebenarnya adalah mereka yang berasal dari desa, maka upaya pemberdayaan harus dimulai dari desa.

Untuk mewujudkan upaya pembangunan desa, LPUBTN – KAS dengan program peternakan pedesaan berupaya mengawali langkah dalam pemberdayaan masyarakat. Setelah wilayah Paroki Gubug, Paroki Purwodadi, Paroki Weleri, minggu, 29 Maret 2009 kemarin di Paroki Pati, tepatnya di Stasi Langse. Secara khusus Bapak Uskup Agung Semarang Mgr. I. Suharyo berkenan hadir di tengah kelompok tani –kelompok tani di wilayah kerja Paroki Pati. Dalam kesempatan wawanhati, umat berharap adanya bantuan ternak sapi.

Dalam kesempatan itu Pastor Paroki Pati Romo Bimo MSF menegaskan, bahwa program peternakan pedesaan ini bukan bantuan sosial, namun merupakan dana investasi solidaritas umat yang dititipkan dalam bentuk ternak kepada umat/warga kelompok tani. Diharapkan setelah satu periode pembesaran ternak (1 tahun) anggota kelompok dapat memberikan bagian keuntungan kepada kelompok. Program ini akan didampingi tim ahli LPUBTN.

Bapak Uskup mengharapkan agar upaya yang telah digulirkan semakin mempererat tali persaudaraan dengan sesama dalam meningkatkan kesejahteraan bersama. Sekaligus program ini juga mendukung program yang lebih besar di tingkat Provinsi Jawa Tengah : "Bali Ndesa-Mnabgun Desa"(S)

Selasa, 24 Maret 2009

LUMBUNG & REFORMASI AGRARIA



Ini adalah sharing pengalaman LPUBTN dalam program pemberdayaan masyarakat di Desa Penadaran. Setelah satu tahun lebih LPUBTN melakukan pendampingan dan masyarakat petani khususnya di Dusun Bantengan membentuk kelompok tani NGUDI REJO. Untuk memperkuat lembaga perlu banyak upaya seperti halnya pengadaan saprodi yang murah bagi anggota kelompok, iuran kelompok, tabungan kelompok dan lumbung kelompok. Khusus untuk lumbung kelompok, pihak Perhutani menyarankan agar LMDH diaktifkan dan dipersilahkan menggarap lahan milik Perhutani sesuai aturan yang telah disepakati. Dalam rapat anggota, untuk mengerjakan lahan 2 hektar perlu dibagi dalam 3 kelompok. Rencananya, akhir bulan Maret ini sudah menanam jagung. Hasilnya adalah untuk memperkuat sistem lumbung pangan. Semoga berhasil. **

Senin, 23 Maret 2009

BELAJAR MERAWAT TERNAK



Agar program peternakan pedesaan berhasil, anggota kelompok yang akan mendapat giliran program diwajibkan belajar teknik merawat ternak. Secara rutin, perkembangan ternak harus tercatat agar diketahui bobot perkembangannya.

HARI PANGAN SEDUNIA 2008 - Follow Up Gerakan



Memperingati Hari Pangan Sedunia (HPS) 2008, LPUBTN memprakarsai kerjasama antara Gereja, khususnya Paroki Gubug-Yayasan Marsudirini Rayon Semarang-Swasta dan Pemda Grobogan. Pelaksanan HPS bertempat di Desa Penadaran Kec. Gubug pada tgl 21 November 2008 dihadiri oleh Uskup Agung Semarang Mgr. I. Suharyo, Bupati Grobogan beserta rombongan, anak-anak dari Sekolah-sekolah di lingkup Yayasan Marsudirini dan ratusan uma Katolik. Dalam acara bertema: Kerjasama Dalam Ketahaan Pangan dan Lingkungan Hidup ditandai dengan penandatanganan prasasti dan penanaman 1000 pohon di komplek Gua Maria Sendang Jati.

Tindak lanjut kegiatan HPS 2008 ditargetkan ada penanaman 100.000 pohon di seluruh wilayah Pantura. Kegiatan ini didukung juga oleh anak-anak sekolah yang memberikan uang saku sehari untuk menanam pohon.

Jumat, 20 Maret 2009

Program Peternakan Pedesaan



Bulan Maret LPUBTN menjalankan Program Peternakan Pedesaan yang bertujuan mengembangkan ternak sebagai pintu masuk seluruh kegiatan pengembangan pedesaan, terutama pada bidang pertanian. Ternak sebagai sumber peningkatan ekonomi masyarakat diharapkan berdampak pada pengembangan pertanian, terutama dalam penyediaan pupuk organik, agar masyarakat tidak tergantung pada "pupuk kimia". Nampak Rm. Santosa MSF, Ketua LPUBTN meresmikan Program Peternakan Pedesaan.

LPUBTN : "Duc in Altum"

  1. Gagasan Mgr. Albertus Soegijapranata SJ akan pentingnya gereja untuk semakin berpartisipasi dalam pembangunan bangsa dan negara, menyebabkan PWI Sosial perlu memfasilitasi berdirinya lembaga/yayasan sebagai lembaga gerak gereja dalam mewujudkan preferential option together with the poor. Maksud diadakannya lembaga gerak adalah untuk memurnikan fungsi utama yakni motivasi, inspirasi, evaluasi dan konsultasi. Maka di Semarang dipelopori berdirinya Yayasan Pembimbing Usaha-usaha Buruh dan Tani (YPUBT), 19 September 1960.
  2. Maksud dan tujuan dari YPUBT adalah memberi dorongan, bimbingan dan bantuan kepada usaha-usaha sosial ekonomi terutama yang berasal dan bergerak dalam lapangan perburuhan dan pertanian dalam arti yang seluas-luasnya, yang pada waktu itu dikenal dengan gerakan-gerakan Pancasila. Hingga tahun 1972 keluar kebijakan pemerintah untuk melebur gerakan-gerakan Pancasila ke dalam satu wadah nasional, seperti halnya HKTI, SPSI, HNSI. Pada tahun 1972 sampai 1997 terjadi kevakuman kegiatan.
  3. Pada masa krisis ekonomi yang melanda Indonesia dimana jumlah masyarakat miskin meningkat tajam, kondisi ini membangkitkan kembali panggilan untuk melayani mereka yang miskin dan tersingkir. YPUBT kembali membuka pelayanan pendampingan bagi para buruh dan petani, yang kemudian memasuki kawasan nelayan sebagai salah satu bidang pelayanan, sehingga ada perubahan nama menjadi Yayasan Pendamping Usaha-usaha Buruh Tani Nelayan (YPUBTN) pada tahun 1997. Nama ini kemudian berubah lagi sesuai peraturan pemerintah menjadi Lembaga Pendamping Buruh Tani Nelayan (LPUBTN). Pendampingan yang dilakukan LPUBTN menyentuh kepentingan pengembangan pekerja perempuan misalnya dengan pelatihan pendamping keluarga (baby sitter dan perawat lansia) sampai 10 angkatan; pendampingan masyarakat migran kota lama, Bandarharjo dan Mangunharjo dengan pra koperasi dan wirausaha dan penyaluran bantuan karitatif lainnya.
  4. Setelah hampir satu dasawarsa, LPUBTN merefleksikan peran atas panggilan mewujudnyatakan roh dan semangat Ajaran Sosial Gereja (ASG). Seperti ditegaskan Benedictus XVI dalam Ensiklik di awal kepausannya "Deus Caritas Est", bahwa prinsip dasar keterlibatan Gereja dalam persoalan masyarakat: yang pertama adalah "Allah adalah kasih". Allah yang mengasihi dunia, itulah yang mesti diwartakan dalam "keterlibatan konkret" dan tanggap akan situasi kemasyarakatan. Refleksi yang menyertakan kaum muda menumbuhkan panggilan untuk terlibat dalam mengembangkan LPUBTN.
  5. LPUBTN yang "bersemangat baru" mempunyai struktur organisasi jaringan, yang dipimpin Pengurus Harian : Ibu C. Isti Sumiwi, SH – Ibu Dra. Rosalia Widiarti, MM – Y. Suparwadi. Organisasi dikendalikan oleh Pengurus Inti yang terdiri dari pimpinan masing-masing bidang pelayanan: Bidang Darurat (Emergency), Justice, Pendidikan dan Pelatihan (Kaderisasi), Perdagangan dan Distribusi, Pelayanan dan Pendampingan, Pemberdayaan Perempuan, Pengembangan Sosial Ekonomi serta Bidang Pengembangan Sumberdaya dan Lingkungan (lihat lampiran: Struktur Organisasi). Perubahan struktur lembaga demi menciptakan kinerja pelayanan yang efektif dan efisien serta menjabarkan matrik pelayanan dengan membuka seluas-luasnya kerjasama dengan berbagai pihak demi satu tujuan yakni menciptakan kesejahteraan bersama (bonum publicum).
  6. Transformasi sosial berdasarkan semangat Injil yang sebagaimana sudah menjadi kesaksian hidup umat, selalu menjadi tantangan dalam kehadiran Gereja di dunia ini. Pada permulaan millenium ketiga, kenyataan ini tetap sama biar pun nuansanya berbeda. Dengan keterlibatan sosialnya, Gereja yang memandang dirinya sebagai "an expert in humanity" berusaha sehati dan sejiwa untuk mewartakan Kabar Gembira, yakni kabar keselamatan, cinta kasih, keadilan dan perdamaian.

  7. Dalam upaya mendunia ini, Gereja selalu memandang ke depan dengan penuh kepercayaan kepada "surga baru" dan "bumi baru" (Cfr. 2Petr.3:13). Seperti Petrus yang sudah bersusah payah sepanjang malam tanpa hasil, percaya kepada Sabda Kristus "duc in altum" (bertolaklah ke tempat yang dalam), sehingga menghasilkan tangkapan yang berlimpah. Demikian juga dengan LPUBTN, sadar kembali akan panggilan pelayanan kemanusiaan yang dipercayakan Gereja. LPUBTN ingin membangun kembali sukacita dalam melayani sesama, terutama mereka yang berkekurangan. Refleksi atas karya pelayanan di bidang pengembangan sosial ekonomi terpahami karena upaya transformasi sosial harus mulai dari transformasi diri: tahu diri, sadar diri, kuasai diri, sabar diri dan beri diri dengan murah hati guna menghadirkan kembali harga diri. Dalam peran pastoral ini, pengajaran sosial tidak saja akan membantu manusia kristiani untuk menemukan kebenaran, tetapi juga akan menyemangati umat kristiani untuk "memberi kesaksian dengan sebuah semangat pelayanan kepada Injil dalam medan kegiatan sosial". (KASG,525).

    Tuhan memberkati.